Custom Search

Monday, August 29, 2011

1 SYAWAL 1432 H JATUH PADA 30 AGUSTUS KALAU BERPEDOMAN PD AL QUR’AN

Kesimpang siuran penentuan awal bulan Ramadhan dan 1 Syawal tahun Hijriah sudah terjadi di kalangan umat Islam terutama di Indonesia, begitu juga halnya dengan sekarang ini dan dianggap sebagai hal yang sangat pelik. Tetapi seandainya semuanya konsisten berpatokan pada apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dalam Al Qur’an, perbedaan penentuan tanggal peristiwa penting bagi umat Islam itu tidak perlu terjadi.
Informasi dan pendapat yang dilontarkan di berbagai media belakangan ini, semuanya sepakat bahwa posisi bulan pada tanggal 29 Agustus 2011 di wilayah Indonesia berada diatas horizon/cakrawala, meskipun di banyak tempat bulan muda ini tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Atas fakta ini dan menurut perhitungan bahwa memang 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011. Atas dasar apa pendapat ini.
Kalau kita merujuk pada ayat 185 surah Al Baqarah pada potongan ayat berupa perintah untuk memulai puasa bulan Ramadhan, Allah Ta’ala menegaskan dengan kalimat “ faman syahida minkum “ ( artinya: siapa yang menyaksikan diantara kamu ). Kata syahida dalam ayat ini berarti menyaksikan, bukan hanya melihat. Kalau perintahnya berbunyi “ siapa yang melihat “, tentu tidak akan digunakan kata syahida.
Kata syahida mengandung makna tidak hanya melihat, tetapi juga mengetahui dan memahami dari dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan, seperti yang kita temukan penggunaan bentuk perubahan akar kata ini pada Kalimah Syahadah. Arti Kalimah Syahadah berbunyi : “ Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhummad utusan Allah “. Kita tidak bisa dan tidak pernah melihat Allah sebagai Tuhan kita, tetapi kita bersaksi dan kesaksian itu atas dasar keyakinan yang berlandaskan pemahaman. Demikian pula terhadap Muhammad sebagai utusan Allah, kita tidak pernah melihat Nabi Muhammad saw, tetapi kita tahu bahwa beliau pernah hidup menyampaikan risalah yang dibawanya lewat tulisan dan catatan sejarah atau penuturun secara turun temurun.
Jadi disini jelas bahwa perintah Allah Ta’ala untuk menentukan awal bulan bukan hanya berdasarkan pada penglihatan dengan mata telanjang adanya bulan diatas horizon, tetapi juga berdasarkan pengetahuan dan pemahaman serta perhitungan keberadaan bulan diatas horizon. Kalau kita patuh perintah Allah Ta’ala Yang Maha Kuasa Lagi Maha Adil, maka pegangan utama kita adalah Al Qur’an dengan penafasiran dan pemahaman yang benar tentunya.
Silahkan baca juga posting di blog ini yang berkaitan dengan pembahasan diatas di
PENENTUAN HITUNGAN BULAN MENURUT RASULULLAH SAW

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

4 comments:

M. Arli Rusandi said...

Tapi di Al_Quran juga dikatakan Ulil Amri... Yang artinya taat pada pemimpin....

M. Arli Rusandi said...

Tapi dalam Al_Quran juga dikatakan, Ulil Amri yang artinya taat pada pemimpin....
demi terciptanya persatuan dan kesatuan, saya tetap berpedoman pada pemerintah. :)

Jusuf Hakim said...

Silahkan saja, itu pilihan anda karena kita akan mempertanggung jawabkan pilihan kita masing-masing di hadapan Allah kelak. Hal utama bagi saya hanya menyampaikan apa yang saya ketahui dan apa yang saya pahami. Itu saya lakukan agar saya tidak dimasalahkan oleh Allah Yang Maha Adil karena tidak menyampaikannya kepada orang lain.
Terima kasih atas komentar dan perhatiannya.

Jusuf Hakim said...

Satu hal yang perlu saya jelaskan bahwa taat pada pemimpin yang anda maksudkan itu, merupakan pemahaman sepotong atas ayat 59 surah An Nisa' yang bunyi terjemahan lengkapnya, " Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah RasulNya dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah itu kepada Allah ( Al Qur'an ) dan Rasul ( sunahnya ), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.Yang demikian lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya ".
Jadi apa yang saya bahas di dua artikel yang berkaitan dengan penentuan awal bulan tahun Qamariah di blog ini adalah upaya untuk mengembalikannya kepada Allah dan Rasulnya terhadap perbedaan yang terjadi diantara umat Islam dan pemimpin umat Islam. Pembahasan ini sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh ayat tadi.